Selasa, 23 April 2013

HADRATUSY SYAIKH AL ‘ARIF BILLAH KH. ABDUL MADJID MA'ROEF QS wa RA , MUALIF SHOLAWAT WAHIDIYAH


ORANG BESAR TAPI TAK PERNAH MEMPERLIHATKAN KEBESARANNYA









Kelahiran dan Masa Kanak-kanak
KH. Abdul Madjid Ma’roef QS wa RA lahir dari pernikahan Syaikh Mohammad Ma’roef, pendiri Pondok Pesantren Kedunglo Al Munadharah dengan Nyahi Hasanah putri Kyai Sholeh Banjar, Melati Kediri.
KH. Abdul Madjid Ma’roef QS wa RA lahir pada hari Jum’at Wage malam 29 Ramadhan 1337 H/20 Oktober 1918 M sebagai putra ke tujuh dari sembilan bersaudara.
Beliau lahir di tengah pesantren yang luas nan sepi. Dikelilingi rawa-rawa dengan jumlah santri yang tak pernah lebih dari empat puluh orang, Kedunglo.
Ketika masih baru berumur dua tahun oleh bapak-ibunya, Agus Madjid dibawa pergi haji ke Makkah Al Mukarramah. Di Makkah, setiap memasuki jam dua belas malam, Kyai Ma’roef selalu menggendong Gus Madjid ke Baitullah di bawah Talang Mas. Di sana Kyai Ma’roef berdoa, agar bayi yang berada dalam gendongannya kelak menjadi orang besar yang sholeh hatinya, Kyai Ma’roef selalu mendoakan Gus Madjid agar menjadi orang shaleh.
Konon selama berada di Mekah, si kecil Agus Madjid yang juga dikhitankan di sana akan diambil anak oleh salah seorang ulama Arab dan disetujui oleh Mbah Yahi Ma’roef. Beruntung Mbah Nyahi Hasanah keberatan, sehingga Agus Madjid tetap berada dalam asuhan kedua orang tuanya.
Cerita Gus Madjid akan diangkat anak oleh ulama Mekah memunculkan sebuah ungkapan, “Kalau bukan karena Kyai Madjid maka Shalawat Wahidiyah tidak akan lahir. Dan kalau bukan karena Nyahi Hasanah, Shalawat Wahidiyah tidak akan lahir di bumi Kedunglo”.
Sepulang dari Mekah, muncul kebiasaan unik pada diri Agus Madjid. Beliau yang masih dalam usia tiga tahun (balita), hampir di setiap kesempatan berkata, “Qul, dawuha sira Muhammad” (Qul, katakanlah, wahai Muhammad) sambil meletakkan tangannya di atas kepala. Kebiasaan semacam ini terus berlangsung hingga Beliau memasuki usia tujuh tahun.
Kebiasaan lain Beliau semasa kanak-kanak adalah suka menyendiri, kurang suka bergaul dan sangat pendiam. Romlah dan Mbakyunya ini pula yang mula pertama mengajari Beliau baca tulis Al-Qur’an.
Sifat pendiam dan tidak suka memamerkan keistimewaan yang dimiliki terus dibawanya hingga Beliau memasuki usia remaja. Karena sifat pendiam Agus Madjid inilah hingga tidak ada yang tahu keistimewaan-keistimewaan Beliau di masa kanak-kanak dan remajanya.
Walaupun Gus Madjid secara lahiriyah nampat tidak istimewa dibandingkan dengan Gus Malik adiknya yang pandai dan sering menampakkan kekeramatannya. Dan Gus Malik pula yang bertindak sebagai wakil ayahnya apabila Kyai Ma’roef tidak ada atau sedang berhalangan, hingga tidak sedikit yang menyangka bahwa Gus Maliklah calon penerus ayahnya. Akan tetapi pada hakikatnya, Kyai Ma’roef telah mempersiapkan Agus Madjid sebagai penggantinya sejak Beliau baru dilahirkan. Terbukti, meski Gus Madjid masih baru berusia dua tahun ada yang mengatakan baru berumur 1,5 tahun, ayahnya telah membawanya serta pergi haji. Padahal kita semua tahu bagaimana kondisi transportasi dan akomodasi jamaah haji di tahun 1920-an. Sungguh sulit, penuh rintangan dan sangat melelahkan. Belum lagi kondisi cuaca alam tanah Arab yang berbeda jauh dengan kondisi di Indonesia, dan itu ditempuh berbulan-bulan lamanya.
Bukti lain bahwa Gus Madjid dipersiapkan sebagai calon penerus ayahnya, adalah setiap mendekati bulan haji, Kyai Ma’roef selalu kedatangan tamu dari kalangan sayyid dan sayyidah dari jazirah Arab. Saat itulah, sambil menggendong Gus Madjid, Nyahi Hasanah berkata kepada tamunyam, “Niki, Ndoro Sayyid yugo kulo, njenengan suwuk, dados tiyang ingkang sahaleh atine.” (Ini Tuan Sayyid, do’akan anak saya agar menjadi orang yang shaleh hatinya).
Pernah, suatu hari saat Kyai Ma’roef sedang bepergian, datang seorang habib hendak bersilaturrahim. Karena Kyai Ma’roef tidak ada, si tamu minta dipanggilkan Gus Madjid, katanya akan dido’akan. Karena Gus Madjid sedang bermain dan belum mandi, maka abdi dalem (pembantu) membawa Gus Malik yang sudah rapi untuk menemui si tamu. “Wah, ini bukan Gus Madjid, tolong bawa Gus Madjid kemari!” kata habib kepdaabdi dalem.

Belajar pada Ayahnya
Memasuki usia sekolah, Gus Madjid sekolah di Madrasah Ibtidaiyyah, namun hanya sampai kelas dua. Selanjutnya, Kyai Ma’roef mengantar Agus Madjid mondok di Jamsaren Solo pada Kyai Abu Amar. Genap tujuh hari di Jamsaren, Agus Madjid dipanggil gurunya, disuruh kembali ke Kedunglo.
“Sampun Gus, panjenengan kundur mawon!”, sambil dititipi surat agar disampaikan kepda ayahnya. Gus Madjid menuruti perintah Kyai Abu Amar, meski dengan pikiran penuh tanda tanya kembali ke Kediri.
Terdorong oleh jiwa muda ayng haus akan ilmu pengetahuan, Agus Madjid kemudian mondok di Mojosari, Loceret, Nganjuk. Namun setelah hari ketujuh, Beliau dipanggil Kyai Zainuddin, gurunya.
“Gus, njenengan sampun cukup, mboten usah mondok, kundur kemawon, wonten ndalem kemawon”. (Gus, Anda sudah cukup, tidak mondok, pulang saja, di rumah saja). Agus Madjid pun kembali ke Kedunglo dan matur kepada ayahnya, kalau gurunya tidak bersedia memberinya pelajaran.
“Wis kowe tak wulang dewe, sak wulan podho karo sewu wulan”. (Kalau begitu, kamu aku didik sendiri saja, satu bulan nilainya sama dengan seribu bulan), ujar Kyai Ma’roef.
Maka setelah empat belas hari mondok di Jamsaren dan Mojosari, gurunya adalah ayahnya sendiri, Kyai Haji Mohammad Ma’roef RA yang telah mewarisi ilmu dari Kyai Kholil, Bangkalan. Oleh ayahnya, setiap selesai sholat maghrib, Gus Madjid diajari aneka macam ilmu yang diajarkan di pondok-pondok pesantren maupun ilmu yang tidak diajarkan di pondok pesantren. Sehingga ayahnya pernah berkata kepada adik Gus Madjid, “Madjid iku nggak kalah karo anak pondokan” (Madjid itu tidak kalah dengan anak pesantren).
Tak heran kalau pada akhirnya Beliau tumbuh sebagai pemuda ayng sangat 'alim dan wara’. Ibarat padi semakin tinggi ilmunya Beliau semakintawadhu' dan pendiam, sehingga siapapun tidak pernah menyangka kalau di balik kediamannya tersimpan segudang ilmu pengetahuan dan sejuta keistimewaan. Tapi itulah keistimewaan Beliau yang tidak pernah menammpakan keistimewaannya, karamahnya kepada sesamanya.

Menikahi Melati dari Tawangsari
Ketika Agus Madjid sudah berumur 27 tahun dan hampir menguasai keseluruhan ilmu ayahnya, Beliau semakin nampak dewasa dan matang. Tidaklah aneh kalau banyak gadis yang mengidamkannya. Karena disamping Beliau dikenal sebagai putra kyai ampuh yang masyhur dan makbul doanya, Agus Madjid adalah sosok pemuda 'alim berwajah tampan nan rupawan bagai rembulan.
Namun dari sekian gadis, putri-putri kyai yang mendambakan dipersunting oleh Agus Madjid, akhirnya yang menang adalah dara manis yang sedang beranjak remaja, bernama Shofiyah yang kala itu berusia 16 tahun putri K. Moh. Hamzah dengan Ibu Ummi Kulsum, buyut KH. Mansyur pendiri Kota Tulung Agung yang mendapat tanah perdikan dari Sultan Hamengkubuwono II karena telah berhasil mengeringkan sumber Tulung Agung, dan kini menjadi alun-alun kota Tulung Agung.
Semula, oleh ibunya Agus Madjid dijodohkan dengan sepupunya sendiri yaitu “Nyahi Zainab” putri KH. Abdul Karim Manaf Lirboyo (akhirnya dinikahi oleh KH. Mahrus Lirboyo. Red). Apalagi Agus Madjid saat ditawari akan dinikahkan dengan saudara sepupunya yang cantik dan pinter itu hanya diam saja. Meski tidak mendapat jawaban yang pasti dari Agus Madjid, antara pihak Kedunglo dan pihak Lirboyo sepakat akan menikahkan keduanya.
Kemudian diselenggarakanlah upacara akad nikah putra dan putri kyai yang masih kerabat dekat dan sama-sama pernah menjadi santri Kyai Kholil Bangkalan ini dengan menyembelih lima ekor kambing.
Tetapi entah mengapa, ketika Pak Naib meng-akid, calon pengantin putra hanya diam saja tidak menjawab. Berkali-kali Pak Naib mengucapkan ijabtetapi tidak mendapat jawabab qobul dari Agus Madjid. Maka menghertilah kedua orang tuanya termasuk calon mertuanya, kalau Gus Madjid tidak mau menikah dengan “Nyahi Zainab”, saudara sepupunya tersebut.
Lepas dari perkawinan antara kerabat, Agus Madjid ditawari kembang dari Tawangsari, Tulung Agung yang sedang mekar-mekarnya oleh Yusuf santri ayahnya yang tak lain adlah paman si gadis. Agus Madjid setuju dan nontoni (melihat) si gadis yang sedang memetik beberapa kuntum Melati dari balik jendela di bawah menara masjid. Si gadis itu tak lain adalah Shofiyah putri ke-7 dari 12 bersaudara.
Perkawinan antara Kyai Abdul Madjid dengan Nyahi Shofiyah dikaruniai 14 orang anak. Keempatbelas putra-putri itu adalah Ning Unsiyati (Almh), Ning Nurul Isma, Ning Khuriyah (Almh), Ning Tatik Farikhah, Agus Abdul Latief, Agus Abdul Hamid, Ning Fauziah (Almh), Ning Djauharatul Maknunah, Ning Istiqomah, Agus Moh. Hasyim Asy’ari (Alm), Ning Tutik Indyah, Agus Syafi’ Wahidi Sunaryo, Ning Khusnatun Nihayah dan Ning Zaidatun Inayah.

Kepribadiannya
Mbah KH. Abdul Madjid QS wa RA mempunyai kepribadian yang sangat mempesona. Menurut penuturan orang-orang yang hidup sejaman dengan Beliau, akhlak Mbah Yahi Abdul Madjid QS wa RA adalah bi akhlaqi Rasulillah SAW. Berbadan sedang, dengan warna kulit putih bersih. Berhidung mancung agak tumpul dan berbibir bagus, agak lebar dengan garis bibir tidak jelas yang menunjukkan bahwa Beliau mempunyai tingkat kesabaran yang luar biasa. Matanya cekung dengan kelopak dan pelipis mata ke dalam bak gua, menunjukkan bahwa Beliau seorang yang mempunyai pemikiran yang tajam dan dalam. Di antara kedua matanya terdapat urat halus dan lurus sebagai pertanda Beliau Mbah Yahi Madjid memiliki otak yang brilian. Tangannya halus dan lembut, selembut hatinya yang pemaaf. Kalau berjalan, Beliau melangkah dengan pelan tapi pasti dengan sorot mata mengarah ke bawah. Terkadang Beliau juga menoleh ke kiri/kekanan untuk melihat situasi dan keadaan jamaah. Mengenai jalannya Mbah Yahi ini, Kyai Zainudin menuturkan bahwa yang paling mendekati jalannya Mbah Yahi adalah Beliau Romo Yahi Abdul Latief Madjid RA, ketika Beliau mios(berangkat) ke masjid untuk pengajian Minggu pagi.
Kalau bicara tenang dan santai disertai senyum, Beliau juga sering melontarkan kalimat-kalimat canda yang membuat Beliau dan tamunya tertawa. Beliau berbicara dengan jawami’ kalam. Artinya, kata-kata yang dituturkannya mengandung makna yang banyak, karena Beliau mempuNyahi kemampuan untuk mengungkapkan sesuatu dengan ringkas dan padat. Beliau juga mampu memberikan makna yang banyak dalam satu ucapan yang dituturkannya. Beliau mengucapkan kata-kata dengan jelas, tidak lebih dan tidak kurang dari yang dikehendaki. Beliau memperhatikan sungguh-sungguh kepada orang yang berbicara dengannya.
Di samping itu Beliau dikenal sangat dermawan. Tak jarang tamunya yang sowan dan nampat tidak punya ongkos buat pulang, disangoni (diberi ongkos) oleh Mbah Yahi. Pernah Mbah Yahi memberi uang belanja kepada seorang pengamal (sebutan untuk pengamal Shalawat Wahidiyah) yang tidak punya penghasilan. Ada pula seorang pengamal yang ingin tahu karamah Beliau, ketika si tamu pamit pulang Mbah Yahi memberikan jubahnya kepada si tamu.
Beliau sangat memperhatikan kebersihan dan kesucian badannya. Baju yang telah dipakainya sekali tidak dipakainya lagi. Karena tak heran kalau Beliau sering mencuci pakainnya sendiri bahkan juga menguras jeding-nya (bak mandi) sendiri. Dalam masalah ini Beliau pernah mengungkapkan rumah itu hendaknya suci seperti masjid dan bersih seperti rumah sakit.
Bila marah, Beliau cuma diam. Hanya roman mukanya sedikit berubah. Kalau Beliau mau berbicara pertanda bahwa marahnya sudah hilang dan sperti tidak pernah terjadi apa-apa. Perihal marahnya Mbah Yahi QS wa RA ini, Mbah Nyahi sebagai orang terdekat yang telah menemani Beliau lebih dari 40 tahun menuturkan, “Kalau Beliau kurang berkenan kepada saya, atau ada kesalahan ayng telah saya lakukan, tetapi saya kurang menyadarinya, Beliau hanya diam saja dengan roman muka sedikit berubah tidak seperti biasanya. Kalau Mbah Yahi sudah demikian, saya bingung dan sedih sekali. Begitu besarkah kesalahan saya di amta Beliau? Kemudian satu persatu saya koreksi kesalahan apa yang telah saya lakukan sehingga Beliau tidak menegur saya. Semakin saya koreksi, saya merasakan terlalu banyak kesalahan yang telah saya perbuat sehingga saya tidak tahu di mana letak kesalahan saya sendiri. Namun itu tidak berlangsung lama, sebentar kemudian Beliau menegur saya dan selanjutnya seperti tak pernah terjadi apa-apa.”
Dari sini kita tahu kalau kehidupan rumah tangga Beliau jauh dari perselisihan dan tidak pernah terjadi pertengkaran. Kalaupun ada kesalahan yang telah dilakukan, masing-masing sibuk mengoreksi kesalahannya sendiri. Itulah Mbah Yahi, yang sering berfatwa agar para pengamal lebih sering nggrayahi githoke dewe (mengoreksi kesalahan sendiri), ketimbang mengurusi kesalahan orang lain, ternyata terlebih dahulu diterapkan pada keluarga Beliau.
Kehidupan rumah tangga Mbah Yahi dan Mbah Nyahi adalah potret kehidupan rumah tangga harmonis dan sangat bahagia. Sebagai suami, Mbah Yahi adalah sosok suami yang romantis, amat setia, mencintai dan menyayangi istri sepenuh hati. Meski sebagai putra kyai, Mbah Yahi tidak segan-segan menghibur istrinya dengan mengajaknya menonton pasar malam, seraya menggandeng tangan Mbah Nyahi. Bahkan Beliau juga menggendong Mbah Nyahi apabila menjumpai jalan licin atau ada kubangan-kubangan di tengah jalan.
“Kalau kami jalan berdua, Mbah Yahi itu tidak pernah melepaskan tangan saya. Beliau selalu menggandeng tangan saya. Kemana-mana selalu kami lakukan berdua. Bahkan untuk mencari hutangan kalau kami tidak punya uang, kami mencari bersama-sama”, tutur Mbah Nyahi saat menceritakan kemesraan Mbah Yahi.
Dalam kehidupan sehari-hari Mbah Yahi Madjid QS wa RA, sebagaimana yang dikatakan Mbah Nyahi RAH, Beliau adalah manusia biasa seperti manusia lainnya. Beliau mencuci baju sendiri dan kerap kali mencucikan baju Mbah Nyahi atau baju putra-putrinya yang tertinggal di kamar mandi. Beliau selalu membantu Mbah Nyahi menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Kalau Mbah Nyahi akan memasak sayur santan, Mbah Yahi yang memarut kelapanya dan Mbah Nyahi ayng membuat bumbunya. Mbah Yahi juga membantu mengasuh putra-putrinya yang masih kecil-kecil. Memandikan, ndandani (berhias) bahkan menyuapi.
Kalau persediaan padi hasil panen habis, Mbah Yahi memanen sayuran kangkung yang Beliau tanam sendiri, lalu dijual ke pasar oleh Mbah Nyahi untuk dibelikan beras. Tak jarang Beliau sekeluarga hanya makan sayur kangkung saja. Dalam kehidupan rumah tangga Mbah Yahi dulu, tidak mempunyai apa-apa sama sekali sudah biasa. Dan kondisi semacam itu diterima dengan tabah, sabar dan ikhlas oleh Mbah Nyahi.
Melihat kondisi Mbah Yahi sekelurga yang sangat sederhana dan apa adanya tersebut, Pak Haji Alwan merasa kasihan dan berkata kepada Mbah Yahi, “Romo Kyai Ma’roef itu orangnya ampuh dan apa-apa yang Beliau inginkan, Kyai Ma’roef tinggal berdo’a memohon kepda Allah langsung diijabahi”.
Tapi apa tanggapan Mbah Yahi? “Pak Haji Alwan, kalau bapak dulu dengan berdoa langsung diijabahi oleh Allah, sedangkan saya ndak usah berdoa, hanya krenteg (terbetik) dalam hati saja langsung diijabahi oleh Allah, tapi saya tidak mau”.
Pernyataan Mbah Yahi QS wa RA di atas mengingatkan kita kepada Rasulullah SAW, saat Malaikat Jibril merasa sangat prihatin menyaksikan kehidupan keseharian Rasulullah SAW sebagai makhluk terkasih di sisi Allah SWT yang hidupnya sangat sederhana, sehignga Malaikat Jibril menawarkan Rasulullah hendak mengubah gunung menjadi emas.
Biarlah saya begini, sehari lapar sehari kenyang. Ketika aku lapar, aku bisa mengingat Tuhanku dan menjadi orang yang sabar. Dan ketika aku kenyang, aku bisa memuji Tuhanku menjdi hamba Allah yang bersyukur”, itulah jawaban seorang manusia termulia di muka bumi ini.
Mbah Yahi QS wa RA apda awal-awal penciptaan Shalawat Wahidiyah, senantiasa prihatin. Beliau prihatin karena urusan-urusan penting yang sedang di hadapinya. Keprihatinan Beliau bukanlah berkaitan dengan masalah khusus mengenai dirinya, melainkan yang berhubungan dengan orang lain, berhubungan dengan masyarakat jami’al ‘alamin.
Hal lain mengenai Beliau adalah setiap orang yang memandangnya akan merasakan kesejukan yang merasuk ke dalam hati. Dan siapa pun yang Beliau pandang hatinya pasti bergetar.

Antara NU dan Wahidiyah
Sebelum mentaklif Shalawat Wahidiyah, Beliau adalah seorang aktifis NU. Ketika usia remaja, Beliau aktif di Kepanduan (sekarang Pramuka) milik NU. Beliau juga gemar berolah raga khususnya sepak bola. Jadi meskipun Beliau terlihat sangat pendiam dan nampak kurang pergaulan, tetapi kenyataannya Beliau adalah seorang yang luwes dalam pergaulan. Keaktifannya di NU terus berlanjut meski Beliau sudah menikah. Beliau pernah menjabat sebagai pimpinan Syuriah NU kec. Mojoroto dan Syuriah NU cabang Kodya Kediri. Namun setelah Beliau diberikan amanah Rasulullah SAW untuk menyampaikan Shalawat Wahidiyah dan ajarannya (1963) ke pada umat masyarakat, Beliau tidak aktif lagi di organisasi NU.
Pada tahun 1964, Mbah Yahi menyelenggarakan resepsi ulang tahun Shalawat Wahidiyah pertama sekaligus khitanan Agus Abdul Hamid dan selapan harinya Ning Tutik Indiyah dengan mengundang Pembesar Ulama dari berbagai daerah Jawa Timur, di samping keluarga dan kaum muslimin lainnya. Hadir sebagai tamu kehormatan, antara lain: KH. Abdul Wahab Hasbullah, Rois ‘Am NU dan Pengasuh Pesantren Bahrul Ulum Tambah Beras, Jombang; KH. Machrus Ali, Syuriah NU Wilayah Jatim dan Pengasuh Ponpes Lirboyo, Kediri; KH. Abdul Karim Hasyim (Putra Pnediri NU) Pengasuh Pesantren Tebu Ireng, Jombang; dan KH. Hmim Djazuli (Gus Mik) Putra pendiri Ponpes Al Falah, Ploso, Mojo, Kediri.
Kesempatan baik tersebut dipakai oleh Mbah Yahi untuk menyiarkan Shalawat Wahidiyah kepda segenap hadirin.
"Nuwun sewu, kula gadah amalan Shalawat Wahidiyah. Punapa Panjenengan kersa kula ijazahi?" (Mohon maaf, saya mempunyai amalan Shalawat Wahidiyah. Apakah Hadirin bersedia saya beri ijazah?), tutur Mbah Yahi dalam sambutannya. Spontan yang hadir menjawab “kerso” (bersedia). Di antara hadirin, ada yang berdiri dan ada yang setengah berdiri, seakan tergugah dalam hatinya. Saat itu pula KH. Wahab Hasbullah spontan berdiri sambil mengacungkan tangannya dibarengi ucapan yang lantang: “Qobiltu awwalan. Qobiltu awwalan.” (Saya yang menerima pertama).
Sementara itu KH. Wahab Hasbullah dalam sambutannya, antara lain mengatakan, “Hadirin.. ilmunya Gus Madjid dalam sekali, ibaratnya sumur begitu, sedalam sepuluh meter. Sedang saya hanya memiliki ukuran satu koma dua meter saja. Sholawatnya Gus Madjid ini akan saya amalkan..”.
Setelah itu Mbah Yahi semkin giat dalam menyiarkan Shalawat Wahidiyah. Karena itulah Beliau mulai dijahui oleh kawan-kawannya di syuriah, karena ada beberapa yang merasa takut, kalau-kalau Wahidiyah akan jadi saingan NU. Maka ketika beberapa ulama utusan Partai NU cabang Kediri bersama-sama silaturrahim kepada Beliau mohon penjelasan tentang Shalawat Wahidiyah, Beliau pun menjelaskannya dengan jawaban yang singkat dan tepat. Beberapa pertanyaan yang dilontarkan di antaranya, “Sholawat Wahidiyah itu prinsipnya apa? Dasar apa dan menurut qoul yang mana?”
Dengan tegas, Beliau menjawab, “Sholawat Wahidiyah itu susunan saya sendiri”.
Para tamu, kembali bertanya, “Apa benar, Kyai mengatakan kalau orang membaca Sholawat Wahidiyah itu sama dengan ibadah satu tahun?”
“Oh.. bukan begitu. Saya hanya mendapat alamat, kalau membaca sholawat Allahumma kamaa anta ahluh… itu sama dengan ibadah setahun. Begitu itu, ya tidak saya jadikan hukum. Ada lagi keterangan lain, orang membaca Sholawat Badawi sekali sama saja dengan khatam dalil sepuluh kali”, jawab Mbah Yahi Madjid QS wa RA.
Para tamu masih terus bertanya, “Apa benar Kyai, kalau tidak mengamalkan Shlawat Wahidiyah itu tidak bisa ma’rifat? Itu kan namanya menjelek-jelekan thoriqoh. Menafikan thoriqoh?
“Bukan begitu. Masalah jalannya ma’rifat itu banyak”, jawab Mbah Yahi
.
Mendengar jawaban Mbah Yahi yang tegas dan lugas, kemudian para tamu tidak bertanya kembali.
Suatu ketika Mualif Sholawat Wahidiyah memberikan penjelasan mengenai Sholawat Wahidiyah di dukuh Mayam Desa Kranding, Kec. Mojo, Kab. Kediri, di hadapan para kyai se-kecamatan Mojo Selatan, di antara yang hadir adalah Almaghfurllah KH. M. Djazuli Pengasuh Ponpes Al Falah Ploso, dalam khutbah iftitah-nya Beliau Mualif Sholawat Wahidiyah mengucapkan: “Alhamdulillaahi aataanaa bilwahidiyyati bi fadhli robbinaa..”
Sebelum Wahidiyah disiarkan secara umum, Mbah Yahi mengirimkan Shalawat Wahidiyah yang ditulis tangan oleh K. Muhaimin (Alm) santri Kedunglo kepada para ulma Kediri dan sekitarnya disertai surat pengantar yang Beliau tandatangani sendiri. Sejauh itu tak satupun di antara kyai yang dikirimi shalawat, mempermasalahkan Shalawat Wahidiyah.
“Semua doa sholawat itu baik”. Begitu komentar para kyai waktu itu.
Walaupun pada akhirnya muncul beberapa kyai atau ustadz yang kurang sependapat terhadap adanya (lahirnya) Shalawat Wahidiyah, namun oleh Mbah Yahi justru mereka yang tidak atau kurang sependapat dengan adanya Shalawat Wahidiyah dipandang sebagai kawan seperjuangan. Sebab dengan adanya mereka yang tidak sependapat dengan Shalawat Wahidiyah dan ajarannya mendorong pengamal jadi lebih giat dalam bermujahadah dan sesungguhnya mereka yang tidak sependapat itu turut menyiarkan Wahidiyah dengan cara dan gaya mereka sendiri-sendiri. Karena dengan adanya silang pendapat atau salah faham tersebut, orang yang tadinya belum tahu Shalawat Wahidiyah menjadi tahu. Mereka ikut andil dalam Perjuangan Fafirruu Ilallah wa Rasuulihi SAW. (Begitu mulia akhlaq Hadratul Mukarram Mbah KH. Abdul Madjid Ma’roef QS wa RA, Al Faathihah….)

Mbah Yahi, Ghoutsu Zamanihi
Menurut penjelasan Kyai Baidhowi, Mbah Yahi QS wa RA diangkat menjadi "Ghouts" oleh Allah SWT sebelum Beliau dipercaya oleh Rasulullah SAW mentaklif Sholawat Wahidiyah, jadi antara tahun 1959 – 1992. Mbah Yahi QS wa RA sendiri pada pertengahan tahun 1961 sering dawuh menganjurkan kepada penderek (pengikut) dekatnya agar mencari Ghoutsu Hadzaz Zaman.
“Monggo sami madosi Ghoutsu Hadzaz Zaman, manggene wonten pundi?” (mari bersama-sama mencari Ghoutsu Hadzaz Zaman, keberadaannya di mana?)
Mendengar dawuh Mbah Yahi seperti itu, Mbah KH. Mubasyir Mundir (Alm) salah seorang yang dekat dengan Mbah Yahi, yang sudah masyhur kewaliannya di Jawa Timur berangkat ke Ponpes Tebu Ireng-Jombang yang diasuh oleh KH. Abdul Karim Hasyim (cucu Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ary RA) bermaksud riyadhah mencari "Ghoutsu Zaman". Rencananya Mbah Mundir (panggilan akrab KH. Mubasyir Mundir)akanriyadhah dengan puasa mutih selama 40 hari. Namun baru seminggu, beliau sudah menerima alamat (isyarah bathiniyah) bahwa: KH. Abdul Madjid Ma’roef adalah "Quthbul Aqthob Hadzaz Zaman". Akhirnya rencanariyadhoh selama 40 hari beliau batalkan. Selanjutnya Mbah Mundir kembali ke Kedunglo. Sesampainya di Kedunglo dan berjumpa denagn Mbah Yahi QS wa RA, tanpa berkata sepatah kata pun, Mbah Mundir langsung tersungkur di hadapan Mbah Yahi.
“Gus, mbok ya sampun ngoten, biasa-biasa kemawon” (Gus, tidak usah seperti itu, yang wajar-wajar saja), tutur Mbah Yahi.
Setelah peristiwa tersebut, Mbah Mundir berpesan kepada putra kesayangannya yakni Agus Thoha Yasin, “Ha.. (Thoha) nanti kalau ada tamu jangan dibukakan pintu, tapi kalau tamunya Kyai Madjid, persilahkan masuk”.
Bersamaan itu, masih menurut Kyai Baidlowi, keponakan Mbah mundir, Agus Muhaimin Abdul Qodir dalam kondisi terjaga dihadiri Nabiyullah Khidir AS, yang intinya menyampaikan bahwa Beliau Mualif Shalawat Wahidiyah adalah Qathbul Aqthob. Kyai Agus Muhaimin kurang percaya, seraya bertanya: “Masih banyak ulama yang ‘allamah, kenapa kok Pak Kyai Abdul Madjid yang menduduki jabatan Shulthonul Auliyaa?” Nabi Khidzir menjawab, “Tidak ada pilihan lain ‘indallah selain dia”. Setelah jawaban itu, nabi Khidzir pun menghilang.
KH. Hamim Djazuli (Gus Mik) yang kondang kewaliannya, mengakui kalau Muallif Shalawat Wahidiyah adalah "Shulthonul Auliyaa" seperti yang disampaikannya saat beliau memberi kata sambutan dalam acara khitanan dan ulang tahun pertama Shalawat Wahidiyah. Di antara sambutannya, “Para hadirin, siapakah sebenarnya Agus Abdul Madjid itu?” Karena tak satu pun dari yang hadir menjawab, maka beliau meneruskan sambutannya, “Beliau adalah Roisul ‘Arifin. Hadirin, seumpama Panjenenganipun Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani masih hidup, saya yakin akan juga ikut mengamalkan shalawat Agus Abdul Madjid ini”.
Di sisi lain, setelah KH. Djazuli Utsman, ayahanda Gus Mik juga dengan sungguh-sungguh mengamalkan Shalawat Wahidiyah. Konon katanya, setiap melaksanakan shalat fardhu dan mengamalkan Shalawat Wahidiyah, Mbah Yahi Madjid QS wa RA nampak di hadapannya. Kejadian tersebut terus berlangsung hingga tujuh hari. Sementara itu Ibu Nyai Djazuli mengungkapkan, ketika membaca Shalawat Wahidiyah mendengar suara ghaib yang menyatakan dengan jelas bahwa Kyai Abdul Madjid adalah Ghautsu Hadzaz Zaman, berulang-ulang sampai tiga kali. Kemudian pengalaman bathin tersebut disampaikan kepada Kyai Djazuli Ustman, beliau juga menceritakan pengalaman yang sama. Akhirnya beliau berdua memutuskan sowan ke Kedunglo.
Keesokan harinya, sekitar jam tujuh pagi Kyai Djazuli Ustman beserta Ibu Nyai bersiap hendak pergi ke Kedunglo dengan membawa sekarung beras dan rencananya akan mengendarai dokar. Tetapi belum sampai berangkat, Mbah Yahi beserta Mbah Mundir dan Bapak Abdul Jalil Jaserman telah tiba lebih dulu di Ponpes Ploso (tempat tinggal Kyai Djazuli Ustman).

Selasa Kelabu di Bulan Rajab
“Romo Yahi kurang sehat….”
“Romo Yahi lagi gerah…
Kabar itu segera menyebar ke seluruh perserta Mujahadah Kubro di bulan Rajab tahun 1989. Kontan saja resepsi Mujahadah Kubro memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW serasa lain dari biasanya. Suasana syahdu tersa sangat melingkupi hari-hari Mujahadah Kubro. Apalagi pada malam pertama, kedua dan ketiga Mbah Yahi tidak mios (tidak hadir secara langsung ke arena mujahadah) untuk menyampaikan fatwa dan amanat.
Pada malam terakhir, sebenarnya Mbah Yahi QS wa RA sudah melimpahkan pengisian fatwa dan amanah kepda putra lekaki pertamnya (Romo KH. Abdul Latief Madjid RA). Tetapi para pecintanya sangat merindukan Mbah Yahi hadir di tengah-tengah peserta untuk mendengarkan fatwa terakhir Beliau. Kemudian wakil dari peserta menyampaikan kepada Mbah Nyahi akan kerinduan dan kecintaan para pengamal kepada Mbah Yahi. Akhirnya Mbah Nyahi sowan kepada Mbah Yahi agar Mbah Yahi berkenan menyampaikan fatwa dan amanat terakhirnya.
Puji syukur Al-Hamdulillah, karena kasih dan sayang Mbah Yahi kepada pengamal, Beliau berkenan menyampaikan fatwa dan amanat terakhir di malam terakhir pelaksanaan mujahadah kubro, meski dari dalam kamar dindalem (rumah Beliau) tengah. Pada kesempatan tersebut Beliau memberikan "ijazah" Shalawat Wahidiyah kepada seluruh hadirin untuk diamalkan dan disiarkan dengan kalimat, “Ajaztukum bihadzihish shalawatil wahidiyah fil amali wan nasyri”,
Setelah itu, kondisi kesehatan Beliau semakin berkurang, walau demikian Beliau masih juga berkenan mengisi pengajian Ahad pagi dari ndalem.
Begitulah Mbah Yahi QS wa RA, di saat-saat terakhir hayatnya, Beliau masih membimbing dan men-tarbiyah pe-nderek-nya.
Mengenai siapa di antara putra-putra Beliau yang kerap disebut, sebagaimana yang diceritakan oleh Kyai Rahmat Sukir dari penuturan Mbah Nyahi. Pada detik terakhir menjelang wafatnya, yang dipanggil-panggil Mbah Yahi adalah Agus Latief (Romo Yahi Abdul Latief RA). Saat itulah, Romo Yahi Abdul Latief RA memohonkan maaf segenap keluarga dan seluruh pengamal Shalawat Wahidiyah kepada Mbah Yahi QS wa RA. “Ya..” jawab Mbah Yahi QS wa RA. Tak lama berselang, saat ituSelasa Wage tanggal 7 Maret 1989 atau 29 Rajab 1409 H, jam 10.30 WIB, Sang Warasatul Anbiyaa, Al Ghauts, Shulthonul Auliyaa, Al ‘Arif Billah KH. Abdul Madjid RA telah ridla dan diridlai menghadap Allah SWT.
Tak ada tangis yang meledak, hanya awan kedukaan begitu kelabu menyelimuti Selasa itu, dan perlahan-lahan air mata pun menetes di bumi Kedunglo Al-Munadharah seiring datangnya para tamu dari berbagai penjuru, yang ingin bertakziyah dan memyampaikan penghormatan terakhir kepada sesorang yang ‘Alim, namun tidak pernah menampakkan ke-‘aliman-nya. Semakin senja para peziarah semakin membanjir. Shalat janazah pun dilaksankan secara bergilir, karena masjid sudah tidak menampung jumlah jamaah. Begitu juga pemakaman terpaksa ditunda, mengingat jumlah peziarah yang terus mengalir dan menunggu keputusan musyawarah keluarga ndalem Mbah Yahi.

Begitulah sekilas "manaqib" Hadratul Mukarram Al Ghauts, Shulthonul Auliyaa, Al ‘Arif Billah KH. Abdul Madjid QS wa RA Muallif Shalawat Wahidiyah, Mujaddid, Reformis Akhlak, Pahlawan Pembebas Nafsu yang gelar kepahlawanannya bukan direkomendasi oleh pejabat pemerintah melainkan direkomendasi langsung oleh Allah SWT. Semoga kita semua bisa meneladaninya. Amiin. (Vety Arovah, dari berbagai sumber).



Diambil dari Majalah Aham Edisi 31/Th.IV Rajab 1421 /Oktober 2000, Penerbit Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo – Kota Kediri Telp. 0354 - 771018-17 Fax. 0354 – 774511 Kode Pos 64114
Read more ...

Sabtu, 03 November 2012

Pikiran Bawah Sadar

Otak kita setiap saat menghasilkan impuls-impuls listrik. Aliran listrik ini, yang lebih dikenal sebagai gelombang otak, diukur dengan dua cara yaitu amplitudo dan frekuensi. Amplitudo adalah besarnya daya impuls listrik yang diukur dalam satuan micro volt. Frekuensi adalah kecepatan emisi listrik yang diukur dalam cycle per detik, atau hertz. Frekuensi impuls menentukan jenis gelombang otak yaitu beta, alfa, theta, dan delta. Jenis atau kombinasi dan jenis gelombang otak menentukan kondisi kesadaran pada suatu saat.


Pandangan keliru yang selama ini ada dalam benak banyak orang adalah otak hanya menghasilkan satu jenis gelombang pada suatu saat. Saat kita aktif berpikir kita berada pada gelombang beta. Kalau kita rileks kita berada di alfa. Kalau sedang ngelamun, kita di theta. Dan, kalau tidur lelap kita berada di delta. Pandangan itu salah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada suatu saat, pada umumnya, otak kita menghasilkan empat jenis gelombang secara bersamaan, namun dengan kadar yang berbeda. Hal ini artinya kita dapat melakukan Reprogramming dan intervensi Ke Dalam Pikiran Bawah Sadar dalam kondisi apapun bila sudah memahami ilmu & tekhniknya.

Setiap orang punya pola gelombang otak yang unik dan selalu konsisten. Keunikan itu tampak pada komposisi ke empat jenis gelombang pada saat tertentu. Komposisi gelombang otak itu menentukan tingkat kesadaran seseorang. Meskipun pola gelombang otak ini unik, tidak berarti akan selalu sama sepanjang waktu. Kita dapat secara sadar, dengan teknik tertentu, mengembangkan komposisi gelombang otak agar bermanfaat bagi diri kita.

Gelombang Beta
Beta adalah gelombang otak yang frekuensinya paling tinggi. Beta dihasilkan oleh proses berpikir secara sadar. Beta terbagi menjadi tiga bagian, yaitu beta rendah 12-15 Hz, beta 16-20 Hz, dan beta tinggi 21-40 Hz. Kita menggunakan beta untuk berpikir, berinteraksi, dan menjalani kehidupan sehari-hari.

Meskipun beta sering kali menghilang saat kita memfokuskan pikiran, beta tetap dibutuhkan agar kita dapat menyadari situasi dan konidsi di luar diri kita. Bersama dengan gelombang lainnya, beta sangat dibutuhkan dalam proses kreatif. Tanpa beta, semua kreativitas yang merupakan hasil pikiran bawah sadar akan tetap terkunci di bawah sadar, tanpa bisa terangkat ke permukaan dan disadari oleh pikiran.

Walaupun beta merupakan satu komponen yang sangat penting dalam kondisi kesadaran kita, bila kita beroperasi semata-mata hanya dengan jenis gelombang ini, tanpa didukung oleh frekuensi yang lebih rendah, maka akan menghasilkan satu kehidupan yang dipenuhi dengan kekhawatiran, ketegangan, dan proses berpikir yang tidak fokus.

Gelombang Alfa
Alfa adalah jenis gelombang yang frekuensinya sedikit lebih lambat dibandingkan beta, yaitu 8-12 Hz. Alfa berhubungan dengan kondisi pikiran yang rileks dan santai. Dalam kondisi alfa, pikiran dapat melihat gambaran mental secara sangat jelas dan dapat merasakan sensasi dengan lima indra dan apa yang terjadi atau dilihat dalam pikiran. 

Pada tahun 60-an dan 70-an, alfa sangat populer dan diklaim sebagai gelombang otak paling penting, yang merupakan kunci untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi. Penelitian dengan menggunakan mind technology modern yang dilakukan oleh banyak pakar terkemuka, antara lain Maxwell Cade dan Anna Wise, membuktikan, bahwa alfa bukanlah jenis gelombang terpenting.

Manfaat alfa yang utama dan paling penting adalah sebagai jembatan penghubung antara pikiran sadar dan bawah sadar. Alfa memungkinkan kita untuk menyadari keberadaan mimpi dan keadaan meditasi terdalam yang kita capai. Tanpa alfa, kita tidak akan dapat mengingat mimpi atau meditasi yang sangat dalam, saat kita terbangun atau selesai bermeditasi.

Gelombang Theta
Theta adalah gelombang otak pada kisaran frekuensi 4-8 Hz, yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar (subconsciaus mind). Theta muncul saat kita bermimpi dan saat terjadi REM (rapid eye movement). Pikiran bawah sadar menyimpan memori jangka panjang kita dan juga merupakan gudang inspirasi kreatif. Selain itu, pikiran bawah sadar juga menyimpan materi yang berasal dan kreativitas yang ditekan atau tidak diberi kesempatan untuk muncul ke permukaan dan materi psikologis yang ditekan. Meskipun kita dapat masuk ke theta dan mengakses berbagai materi yang tersimpan di sana, bila tidak dibantu dengan gelombang alfa dan beta, semua materi itu tidak dapat dikenali oleh pikiran sadar. Semua materi yang berhubungan dengan emosi, baik itu emosi positif maupun negatif, tersimpan dalam pikiran bawah sadar. Emosi-emosi negatif yang tidak terotasi dengan baik, setelah masuk ke pikiran bawah sadar, akhirnya menjadi beban psikologis yang menghambat kemajuan diri seseorang.

Bila kita berhasil masuk ke kondisi theta, kita akan mengalami kondisi meditatif yang sangat dalam. Semua pengalaman meditatif yang selama ini dicari oleh orang yang melakukan praktik meditasi, misalnya keheningan, ketenangan, kedalaman, dan puncak kebahagiaan, dirasakan di dalam theta. Theta adalah puncak di dalam kondisi Hypno State (Meditasi). Saat komponen gelombang lainnya berada dalam takaran yang pas, bersama dengan theta, kita dapat merasakan pengalaman ah-ha... Saat kita ingin mengobati dan menyembuhkan tubuh atau pikiran, kita harus masuk ke theta agar dapat mencapai hasil maksimal.

Gelombang Delta
Delta adalah gelombang otak yang paling lambat, pada kisaran frekuensi 0,1-4 Hz, dan merupakan frekuensi dan pikiran nirsadar (unconsciaus mind). Pada saat kita tidur lelap, otak hanya menghasilkan gelombang delta agar kita dapat istirahat dan memulihkan kondisi fisik. Pada orang tertentu, saat dalam kondisi sadar, delta dapat muncul bersama dengan gelombang lainnya. Dalam keadaan itu, delta bertindak sebagai radar yang mendasari kerja intuisi, empati, dan tindakan yang bersifat insting. Delta juga memberikan kebijakan dengan level kesadaran psikis yang sangat dalam.

Gelombang delta sering tampak dalam diri orang yang profesinya bertujuan membantu orang lain. Orang yang perlu memahami kondisi mental, psikologis, atau emosi orang lain. Orang yang berprofesi sebagai penyembuh dan orang yang sangat mengerti orang lain biasanya mempunyai gelombang delta dalam kadar yang tinggi. Delta muncul tidak hanya saat kita memperhatikan orang lain, namun juga muncul saat kita berusaha mengerti ide atau konsep, objek atau seni, atau apa saja yang membutuhkan kesadaran nirsadar yang dalam.

Delta juga disebut dengan orienting response karena berfungsi mengarahkan kita dalam hal waktu dan ruang. Delta berfungsi sebagai sistem peringatan dini untuk merasakan adanya ancaman atau bahaya. Delta memungkinkan kita untuk melihat informasi yang tidak dapat ditangkap oleh pikiran sadar. Dari sudut pandang negatif, delta juga dapat digunakan untuk kondisi berhati-hati yang berlebihan (hypervigilance). Sikap hati-hati yang berlebihan, atau lebih tepat disebut dengan kepekaan, berguna untuk anak yang mengalami abuse untuk memastikan kondisi emosi orangtuanya. Dari pengamatannya, anak itu akan tahu apakah orangtuanya akan memukul atau menghukum dirinya. Masalah akan timbul bila anak bertumbuh dengan delta yang berlebihan dan secara terus-menerus membaca kondisi emosi di lingkungan sekitarnya dan berusaha mengendalikan kondisi ini demi keselamatan hidupnya.

Orang dewasa yang terlalu peka, sebagai hasil dan mengembangkan sikap berhati-hati secara berlebihan sejak kecil dapat secara positif mengarahkan kepekaannya ini pada kemampuan persepsi psikis dan penyembuhan. Hal itu dapat dicapai karena radar delta yang telah sangat berkembang dalam dirinya. Delta juga dihubungkan dengan konsep collective unconscious.

Gelombang beta, alfa theta, dan delta adalah komponen pembentuk kesadaran kita. Keempat gelombang itu beroperasi dalam satu jalinan komposisi rumit yang menentukan kondisi kesadaran kita dalam suatu saat.

Pikiran Bawah Sadar
Kita memiliki 2 jenis pikiran, pikiran sadar dan pikiran bawah sadar yang sebenarnya merupakan suatu kesatuan. Kedua pikiran ini saling bekomunikasi dan bekerja dalam waktu bersamaan, secara paralel.

Pikiran sadar memiliki empat fungsi utama, yaitu

1.                  Mengidentifikasi informasi yang masuk
2.                  Membandingkan
3.                  Menganalisis
4.                  Memutuskan

Saya tidak menjelaskan keempat fungsi utama pikiran sadar di atas. Bukankah setiap hari Anda mengalami proses pikiran tersebut? Saya yakin Anda sudah faham. Kita langsung fokus ke penjelasan pikiran bawah sadar. Milton Erickson, seorang maestro hypnotherapy, mengutarakan hasil pengamatannya terhadap pikiran bawah sadar sebagai berikut.


1. Kemampuan pikiran bawah sadar terpisah dan pikiran sadar
Pikiran bawah sadar bekerja terpisah dari pikiran sadar. Meskipun pikiran sadar dan bawah sadar bekerja secara paralel, proses kesadaran dan proses berpikir yang berlangsung pada masing-masing pikiran serta respons yang diberikan adalah dua hal yang berbeda. Kedua pikiran ini bekerja saling mempengaruhi.

Pikiran bawah sadar dapat mendengar atau melihat hal- hal yang tidak tertangkap oleh pikiran sadar. Pikiran bawah sadar bisa memikirkan satu hal yang berbeda dengan yang dipikirkan oleh pikiran sadar. Pikiran bawah sadar memiliki ketertarikan pada hal yang ia sukai, meski hal itu belum tentu menarik bagi pikiran sadar. Pikiran bawah sadar dapat mengendalikan aktivitas fisik tanpa disadari oleh pikiran sadar dan dapat mengungkapkan ide atau pemikiran yang berada di luar jangkauan persepsi pikiran sadar.

Biasanya, walaupun tidak berarti selalu, proses dan aktivitas pikiran bawah sadar mendukung atau meneruskan kegiatan dan keinginan pikiran sadar. Pada kondisi tertentu, pikiran bawah sadar dapat bertindak mandiri, lepas dan pengaruh pikiran sadar, mengungkapkan keinginannya, dan melakukan suatu tindakan yang tidak berhubungan dengan proses berpikir yang terjadi di pikiran sadar.

2. Pikiran bawah sadar adalah gudang penyimpanan informasi
Sering kali, orang sebenarnya mempunyai begitu banyak pengetahuan, tetapi mereka tidak tahu jika mereka tahu. Pengetahuan yang dimaksud bisa meliputi informasi yang berhubungan dengan fisik, emosi, psikologis, atau intelektual yang dulunya diperoleh secara sadar, melalui suatu upaya yang keras, namun setelah itu, pengetahuan itu seakan akan hilang karena telah berada di luar wilayah pengamatan pikiran sadar.

Satu contoh sederhana adalah kemampuan berjalan tegak. Kemampuan ini adalah suatu kecakapan yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang tidak mudah. Orang dewasa, walaupun mereka melakukan aktivitas berjalan setiap hari, mereka tidak sadar bahwa mereka bisa karena mereka telah berhasil mempelajari cara berjalan saat mereka masih kecil. Contoh lain adalah orang dapat belajar tanpa sadar bahwa mereka telah belajar sesuatu dan dapat menggunakan apa yang telah mereka pelajari secara otomatis. Jenis pembelajaran ini dapat terjadi karena pikiran bawah sadar merupakan sistem kesadaran dan pemrosesan informasi yang paralel dan terpisah dari pikiran sadar.

3. Pikiran bawah sadar adalah potensi yang belum digunakan
Setiap manusia normal terlahir dengan membawa sistem saraf dan fisik yang rumit yang mampu melihat, mengamati, memikirkan, dan memberikan respons. Namun, dalam proses tumbuh-kembang seorang manusia, hanya sebagian kecil saja dari seluruh potensi untuk mengamati, mengerti, dan memberikan respons yang berkembang sepenuhnya dalam pikiran sadar. Semua potensi yang belum tergali dan berkembang berada di luar kendali pikiran sadar dan masuk ke dalam kendali pikiran bawah sadar.
Kemampuan pikiran bawah sadar jauh melebihi pikiran sadar dalam hal kemampuan persepsi, konseptual, emosi, dan respons. Pikiran bawah sadar berisi segala hal yang diabaikan, ditolak, atau tidak diperhatikan oleh pikiran sadar ditambah dengan semua hal yang ada di pikiran sadar. Pikiran bawah sadar dapat mengakses dan menggunakan segala sesuatu yang ada di pikiran sadar, sedangkan pikiran sadar umumnya tidak dapat menjangkau isi dan potensi pikiran bawah sadar.

4. Pikiran bawah sadar sangat cerdas
Pikiran bawah sadar jauh lebih cerdas, bijaksana, dan cepat daripada pikiran sadar. Pikiran bawah sadar dapat menjangkau lebih banyak informasi daripada pikiran sadar dan dapat menganalisis dan meninjau ulang suatu informasi tanpa pengaruh bias dan rasa bangga, prasangka, atau pengharapan. Dengan kata lain, pikiran bawah sadar mewakili suatu potensi intelektual yang berfungsi pada kapasitas puncak.

Meskipun pikiran bawah sadar sangat cerdas, hal itu tidak berarti ia tidak pernah berbuat salah. Kadang-kadang, pikiran bawah sadar bisa menarik satu kesimpulan yang keliru atau tidak logis karena terpengaruh oleh keterbatasan yang berhubungan dengan persepsi dan fisik.

5. Pikiran bawah sadar bersifat sangat sadar
Salah satu aspek paling penting, yang bersifat paradoks, dan pikiran bawah sadar yaitu pikiran bawah sadar tidak selalu bersifat tidak sadar. Sebaliknya, pikiran bawah sadar sebenarnya sangat sadar dan responsif terhadap setiap kejadian. Pikiran bawah sadar dikatakan tidak sadar dalam pengertian bahwa pikiran sadar tidak sadar akan keberadaan, kegiatan atau operasi, upaya komunikasi, dan pengaruh pikiran bawah sadar terhadap pikiran, persepsi, dan perilaku. Pikiran bawah sadar diberi nama demikian karena (pikiran sadar) kita tidak sadar akan keberadaan pikiran ini.

Saat dua orang berinteraksi, pikiran bawah sadar mereka saling sibuk mengamati kegiatan bawah sadar lawan bicaranya, tanpa pikiran sadar mereka tahu apa yang sedang terjadi. Komunikasi bawah sadar mempunyai efek pengaruh yang sama kuat, bahkan bisa lebih kuat daripada pengaruh komunikasi dengan pikiran sadar.

6. Pikiran bawah sadar mengamati dan memberikan respons dengan jujur
Bias, prasangka, penghakiman, pengharapan, pengelompokkan persepsi, dan kerangka berpikir konseptual adalah sifat pikiran sadar. Pikiran bawah sadar terbebas dan pengaruh pengaruh di atas dan mampu menghasilkan kesadaran realita yang lebih objektif. Persepsi dan pengetahuan pikiran bawah sadar tentang realita bersifat langsung, tidak bias, dan apa adanya. Pikiran bawah sadar menyerap dan mengerti realita berdasarkan pengalaman nyata sebagaimana adanya, tanpa harus melewati proses pemberian makna atau penjelasan yang rumit, seperti yang dilakukan pikiran sadar. Pikiran bawah sadar tidak menyaring atau mendistorsi suatu informasi agar bisa sesuai dengan aturan atau acuan berpikir tertentu.

Kemampuan persepsi, pemahaman, dan respons pikiran bawah sadar sama dengan yang ditunjukkan oleh seorang anak kecil yang masih polos, yang belum memiliki prasangka, bias, pengharapan, dan aturan yang kaku seperti orang dewasa.

7. Pikiran bawah sadar bersifat seperti anak kecil
Anak-anak lebih banyak berhubungan atau menggunakan pikiran bawah sadar mereka daripada orang dewasa. Pada saat masih kecil, pikiran sadar anak belum berkembang sepenuhnya sehingga anak perlu mengakses pikiran bawah sadar mereka untuk membantu mereka belajar dan berkembang. Dengan demikian, sifat dan perilaku anak mencerminkan pikiran bawah sadar orang dewasa. Anak-anak sering kali lebih responsif terhadap proses bawah sadar dan lebih awas dalam pengamatan mereka dibandingkan dengan orang dewasa.

8. Pikiran bawah sadar adalah sumber emosi
Emosi sering kali muncul secara mendadak, tidak diinginkan, dan tidak dapat dimengerti oleh pikiran sadar. Secara umum, emosi muncul dan pikiran bawah sadar. Emosi adalah bentuk ekspresi yang mencerminkan perasaan atau reaksi pikiran bawah sadar terhadap suatu situasi, yang berhubungan dengan kepribadian individu.

Emosi bersifat tidak logis, tidak rasional, dan tidak sadar. Emosi bersifat alamiah dan merupakan satu bentuk komunikasi bawah sadar yang sangat bermanfaat. Emosi memberitahu bagaimana perasaan kita terhadap sesuatu, meskipun kita tidak sadar atas apa yang kita rasakan.

9. Pikiran bawah sadar bersifat universal
Proses dan sifat kerja pikiran bawah sadar satu orang dan yang lain pada umumnya sama, tidak terpengaruh oleh kebangsaan, latar belakang budaya, atau sejarah. Pikiran bawah sadar seseorang dapat berkomunikasi secara efektif dengan pikiran bawah sadar orang lain melebihi kemampuan pikiran sadar.

Pikiran bawah sadar sebenarnya merupakan suatu gambaran fakta bahwa semua orang, pada awalnya, hanyalah manusia biasa, pada saat dilahirkan, yang sama-sama membawa kemampuan mental dan fisik yang dapat dikembangkan dan juga membawa kemampuan belajar alamiah.

Isi pikiran bawah sadar setiap orang tentunya berbeda, tergantung pada pengalaman, lingkungan, dan hasil pembelajaran individu tersebut. Namun, bentuk, struktur, atau pola respons yang bersifat mendasar pada setiap pikiran bawah sadar manusia sangat mirip satu dengan yang lain. Bisa dikatakan bahwa manusia pada dasarnya sangat berbeda, namun juga sangat mirip.

Read more ...

Senin, 25 Oktober 2010

BAHAYA AIR LIUR ANJING

Al Qur'an ialah firman Allah SWT yang di dalamnya terkandung ayat-ayat yang mengatur kehidupan manusia di dunia agar bisa dijadikan petunjuk mencapai keselamatan, baik di dunia maupun di akherat. Al Qur'an pun tidak hanya membahas muamalah dan akidah saja, tetapi juga membahas ilmu-ilmu alam atau biasa disebut ayat kauniyah.

Hukum Islam yang kedua ialah Hadist, yang di dalamnya berisi perkataan dan perbuatan nabi. Di dalam hadist ini diantaranya membahas tentang najis. Di dalam kajian fiqih disebutkan bahwa macam-macam najis ada tiga:
1. Najis mukhafafah, yaitu najis ringan yang cara mensucikannya cukup dengan memercikan air di atasnya.
Contoh: air kencing bayi laki-laki yang belum memakan makanan kecuali ASI.
2. Najis mutawasitoh, yaitu najis sedang yang cara mensucikannya dengan dibersihkan najisnya terlebih dahulu kemudian dibasuh dengan air.
Contoh: madzi, air kencing selain yang telah disebutkan di atas, tahi dan lain-lain.
3. Najis mughallazhah, yaitu najis berat yang cara mensucikannya dengan dibersihkan menggunakan air tujuh kali dan salah satunya menggunakan tanah.Contoh: air liur anjing.

Hai ini didasarkan pada hadist riwayat muslim:
"Bersihnya bejana seseorang di antara kalian bila dijilat anjing adalah apabila dibasuh tujuh kali basuhan pertama dicampur dengan tanah."

Yang menjadi pertanyaan dari uraian di atas, "Mengapa pada bejana atau benda bila terkena jilatan anjing harus dicuci tujuh kali dan salah satunya dengan tanah?"

Pada dasarnya, ketetapan najis bagi air liur anjing ini dipandang dari dimensi yang bersifat ritual, bukan rasional, sehingga tidak harus ada alasan logisnya. Dimensi akal masih jauh dari kesempurnaan untuk menganalisa secara detail tentang najisnya air liur anjing. Memang, agama tidaklah diukur dengan akal. Sayidina Ali mengatakan:

"Andaikan agama diukur dengan akal, maka mengusap sisi bawah muzah (sepatu) lebih utama daripada mengusap sisi atasnya. Dan Rasulullah telah mengusap di atas dua sepatu." (HR. Abu Dawud).

Namun science telah memecahkan masalah ini. Para peneliti yang mengkaji masalah ini berhasil membuktikan bahwa air liur anjing mengandung berbagai kuman (bakteri) penyebab penyakit. Bakteri tersebut dapat masuk dan menyerang organ dalam manusia melalui sistem terbuka. Resiko tertular penyakit kian besar apabila terkena gigitan anjing.

Anjing yang kecil dan manis mungkin hanya meninggalkan luka kecil ketika menggigit manusia. Meski lukanya tak kasat mata, tetap dianjurkan untuk segera diobati ke dokter. Karena luka gigitan dapat menjadi jalan masuk bagi kuman-kuman berbahaya yang berkembang biak pada liur anjing. Gigitan anjing paling tidak melubangi jaringan kulit dan menjadi pintu masuk kuman.

Korban harus memperoleh perawatan dokter minimal dengan diberi suntikan anti tetanus . Bahaya anjing tidak hanya pada liurnya saja. Menurut peneliti dari Universitas Munich, menyatakan bahwa memelihara anjing meningkatkan resiko kanker payudara. Resiko mengidap kanker oleh karena memelihara anjing jauh lebih besar dibanding memelihara piaraan lain seperti kucing dan kelinci.

Sebanyak 79,7 % penderita kanker payudara ternyata sering bercanda dengan anjing, diantaranya dengan memeluk, mencium, menggendong, memandikan, dan semua aktivitas perawatan anjing. Hanya 4,4 % pasien yang tidak memiliki hewan peliharaan. Di Norwegia, 53,3 % dari 14.401 pemilik anjing mengidap kanker.

Ternyata kanker pada anjing dan manusia disebabkan oleh virus yang sama yaitu : mammary tumor virus (MMTV). Binatang piaraan lain membawa bibit kanker, tetapi karena tipenya berbeda maka tak mudah menular pada manusia. Untuk itu sebaiknya menghindari kontak langsung dengan anjing. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya "Mengapa digunakan debu (tanah) untuk mensucikannya?"

Pertanyaan seperti itu pasti terlintas di benak kita. Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam Ibanatul Ahkam, mengkategorikan perintah Nabi SAW itu sebagai bagian dari mukjizat. Beliau menjelaskan bahwa riset ilmuan membuktikan bahwa, air liur anjing mengandung mikroba atau bibit penyakit, sehingga jika objek yang terkena air liur anjing dicuci dengan sabun, maka tidak menjamin bersih dari mikroba.

Untuk mematikan kuman tersebut, harus dengan cara ditaburi tanah atau debu yang dicampur dengan air. Cara ini terbukti ampuh berdasarkan riset laboratorium yang di masa Nabi SAW tidak ada. Suatu ketika, mantan Presiden Repulik Indonesia, Soekarno, pernah mengatakan bahwa pada zaman sekarang kita tidak perlu lagi menyamak, atau membasuh tujuh kali yang diantaranya dicampur dengan debu apabila terkena najis kelas berat.

Menurutnya, cukup menggunakan sabun. Pendapatnya ditentang oleh para ulama Indonesia pada waktu itu. Para ulama tersebut meminta Presiden untuk melakukan eksperimen guna membuktikan mana yang lebih relevan; penggunaan sabun atau dengan debu. Maka dilakukanlah eksperimen dengan sampel dua benda yang telah dijilat oleh anjing. Satu di antara dicuci menggunakan sabun, dan yang satu lagi dibersihkan
dengan debu.

Setelah itu, kedua benda tadi diperiksa di bawah electron microscope. Hasilnya didapati bahwa, benda yang dibasuh dengan menggunakan sabun masih terlihat kuman dari hasil jilatan anjing. Sebaliknya, benda yang dibersihkan dengan debu sangat bersih dan terbebas dari kuman. Di sini, yang perlu ditegaskan kembali adalah, bahwa tolok ukur najisnya anjing dan babi adalah dimensi ritual menurut pandangan syariah, bukan dimensi akal.

Oleh sebab itu, proses pensucian najis mughallazhah tetap mengacu pada proses yang bersifat ritual pula, sehingga kedudukan tanah di sini tidak bisa diganti dengan sejenis cairan pembersih apa pun. Begitu juga hitungan berapa kali pencuciannya: bersifat formal-ritual, dan paten untuk diikuti apa adanya.

Maha Suci Allah dengan segala kekuasaan-Nya. Sungguh, apa-apa yang ditetapkan Allah, ada manfaat yng bisa diambil.

Jadi, satu lagi bukti bahwa Islam itu BENAR!

Segala puja & puji bagi ALLAH, Qur'an TERBUKTI Sepanjang Masa!

akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
Read more ...

RAHASIA MOLEKUL AIR

“….. Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup…..” (Q.S. Al Anbiya:30)

Dalam kitab-kitab tafsir klasik, ayat tadi diartikan bahwa tanpa air semua akan mati kehausan. Tetapi di Jepang, Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku air. Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan secara agama Shinto, lalu didinginkan sampai -5oC di laboratorium, lantas difoto dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi.

Water crystal happiness r11 c5 Water crystal amazing700

Ternyata molekul air membentuk kristal segi enam yang indah. Percobaan diulangi dengan membacakan kata, “Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)” di depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, “Arigato”. Kristal membentuk dengan keindahan yang sama. Selanjutnya ditunjukkan kata “setan”, kristal berbentuk buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal hancur.

Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan “peace” di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Subhanallah.

Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005 lalu. Ternyata air bisa “mendengar” kata-kata, bisa “membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” pesan. Dalam bukunya The Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.

Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan bisa menyembuhkan si sakit. Dulu ini kita anggap musyrik, atau paling sedikit kita anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu menangkap pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit.

Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah 82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air. Air putih galon di rumah, bisa setiap hari didoakan dengan khusyu kepada Allah, agar anak yang meminumnya saleh, sehat, dan cerdas, dan agar suami yang meminum tetap setia. Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada air di otak dan pembuluh darah. Dengan izin Allah, pesan tadi akan dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari. Bila air minum di suatu kota didoakan dengan serius untuk kesalehan, insya Allah semua penduduk yang meminumnya akan menjadi baik dan tidak beringas. Rasulullah saw. bersabda, “Zamzam lima syuriba lahu”, “Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya”. Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh. Subhanallah … Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi Ibrahim a.s.

Bila kita renungkan berpuluh ayat Al Quran tentang air, kita akan tersentak bahwa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air. Bahwa air tidak sekadar benda mati. Dia menyimpan kekuatan, daya ekam, daya penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang menunggu disingkap manusia. Islam adalah agama yang paling melekat dengan air. Shalat wajib perlu air wudlu 5 kali sehari. Habis bercampur, suami istri wajib mandi. Mati pun wajib dimandikan. Tidak ada agama lain yang mengharuskan (baca: mewajibkan) memandikan jenazah. Tetapi kita belum melakukan zikir air. Kita masih perlakukan air tanpa respek. Kita buang secara mubazir, bahkan kita cemari. Astaghfirullah.

Seorang ilmuwan Jepang telah merintis. Ilmuwan muslim harus melanjutkan kajian kehidupan ini berdasarkan Al Quran dan hadis.

Read more ...

Selasa, 12 Oktober 2010

Keajaiban Otak





Read more ...

Selasa, 05 Oktober 2010

Makna dan Kiat Shalat Khusyu’

Khusyu’ merupakan amalan hati dan akan terlihat hasilnya pada amalan anggota tubuh. Ketika Rasulullah Saw melihat orang yang mengacak-acak jenggotnya saat shalat, beliau bersabda: “Sekiranya hati orang ini khusyu’, tentu anggota tubuhnya juga khusyu’.”

DALAM Al-Qur’an kata khusyu’ didapati dalam banyak ayat dalam bentuk kata dan makna yang berbeda. Meskipun mayoritas tunjukannya kepada manusia, namun ada juga sebagian ayat yang menyatakan khusyu’ berlaku juga untuk benda-benda lain, seperti gunung dan bumi.

Berdasarkan informasi ayat-ayat Al-Qur’an itu, didapati bermacam-macam pengertian khusyu yang intinya tetap mengacu kepada ”merendahkan diri”.

Variasinya pengertian khusyu’ itu menunjukkan, sifat khusyu’ tidak hanya berlaku dalam satu konteks ibadah, seperti shalat, tapi bisa meluas kepada berbagai aspek yang berhubungan dengan ibadah dan non-ibadah.

Dengan demikian, sifat khusyu’ adalah sifat atau sikap yang melekat pada diri seseorang, kapan dan di mana saja, dan tidak hanya dalam konteks ibadah. Berikut ini ragam pengertian khusyu’ dalam Al-Quran:

  • Merendahkan suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah (QS. Thaha:108).
  • Tandus, yaitu bumi yang kering tandus (QS. Fushilat:39).
  • Tunduk karena merasa hina –orang-orang kafir yang digiring ke dalam neraka (QS. Asy-Syura:45)
  • Tunduknya hati lantaran mengingat Tuhan dan kebenaran yang diturunkan-Nya (QS. Al-Hadid:16).
  • Tunduk disebabkan takut kepada Allah (QS. Al-Hasyar:21).

Berdasarkan informasi ayat-ayat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, makna khusyu’ terbagi kepada dua, yaitu yang bersifat lahiriyah dan batiniyah.

Dalam konteks lahiriyah misalnya gersangnya bumi dan lesunya wajah orang-orang kafir. Yang bersifat batiniyah berhubungan dengan masalah hati yang tunduk ketika mengingat Allah SWT.

Dengan demikian, pengertian khusyu’ ialah ”rendahnya hati kepada Allah dan kebaikan perilaku kepada sesama makhluk”.

Penyebab utama sikap khusyu’ dalam pengertian merendahkan diri dan tunduk di hadapan Allah SWT ditegaskan dalam QS Al-Baqarah:45-46, yaitu keyakinan akan menemui Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan amalan selama di dunia.

Dalam QS. Ali Imran:199 dijelaskan, syarat untuk menggapai tingkat khusyu’ ialah tidak memperjualbelikan ayat-ayat Tuhan dengan harga yang murah. Maksudnya, tidak memanipulasi ayat-ayat Quran untuk kepentingan duniawi, misalnya kepentingan politik dan ekonomi.

Syarat lainnya adalah bersegera mengerjakan kebaikan (QS. Al-Anbiya’:90). Dalam hal kebaikan, orang khusyu’ tidak pernah menunda-nundanya dan senantiasa merasa terpanggil untuk melakukannya, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah.

Adanya ”persyaratan” tersebut, maka khusyu’ tidak akan datang dengan sendirinya, kecuali setelah seseorang dapat memenuhi persyaratan.

Shalat Khusyu’

Al-Quran dan hadits menegaskan pentingnya khusyu’ dalam shalat.

”Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang yang lalai dalam shalatnya” (QS. Al-Ma’un:4-5).

”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya” (QS. Al-Mukminun:1-2).

“Sesungguhnya seorang lelaki selesai menunaikan solat, namun tidak ditulis pahala untuknya melainkan sepersepuluh, sepersembilan, seperlapan, sepertujuh, sepernam, seperlima, seperempat, sepertiga, atau seperdua” (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Hibban).

“Barangkali seorang yang bangun mengerjakan shalat di malam hari, yang didapatinya hanyalah terjaga di malam hari (yakni tidak ada pahala). Dan barangkai seorang yang berpuasa, yang ia dapat dari puasanya hanyalah lapar dan dahaga” (HR. At-Tabrani, Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi dari Abu Hurairah).

Pengertian khusyu’ dalam shalat didefiniskan oleh para sahabat dan ulama sebagai berikut:

  • Khusyu’ hati, tidak berpaling ke kanan atau ke kiri (Ali bin Abi Thalib).
  • Keadaan di dalam jiwa; tetap (tenang) dan merendah diri segala anggota (Imam al-Qurthubi).
  • Hati berkeadaan takut dan mata selalu tunduk –ke tempat sujud. (Imam Zamakhsyari).
  • Merendah diri kepada Allah dengan hati dan segala anggotanya (Imam Al-Jurjani).
  • Keadaan di hati yang takut, muraqabah –selalu memperhatikan Allah, dan merendah diri kepada kebesaran Allah, yang mempengaruhi segala anggota yang membawa berkeadaan tetap, tenang melakukan shalat, tidak berpaling-paling, lalu menangis dan berdoa (Imam al-Kalbi).

Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan, khusyuk dalam shalat hendaklah menggabungkan dua bentuk khusyu’: khusyu’ lahir dan batin.

Khusyu’ batin yaitu khusyu’ hati dengan menghadirkan perasaan takut kepada Allah, rendah diri, serta mengharapkan rahmat-Nya.

Khusyu’ lahir yaitu khusyu’ kepala dengan cara menundukkannya, khusyuk mata dengan cara tidak menoleh atau berpaling-paling, khusyuk tangan dengan meletakkan tangan kanan ke atas tangan kiri dengan penuh hormat, dan khusyuk dua kaki dengan tegaknya berpijak dan berkeadaan tetap, tidak bergerak. Khusyu’ lahir terbit dari khusyu’ batin.

Salah seorang sahabat Nabi Saw, Abdullah bin ‘Umar, pernah menceritakan sentang shalat para sahabat:

“Bila para sahabat Nabi Saw mengerjakan shalat, mereka memberi perhatian bersungguh-sungguh kepada shalat mereka; mereka menundukkan penglihatan mereka ke tempat-tempat sujud dan menyadari sesungguhnya Allah sedang berhadapan dengan mereka; maka tidaklah mereka berpaling ke kanan dan ke kiri”.

Kiat Shalat Khyusu’

Menurut Imam al-Ghazali, untuk menghadirkan khusyu’ di dalam shalat, ada enam hal yang perlu dilakukan:

1. Hudhur al-Qalbi, menghadirkan hati sepenuhnya untuk shalat; mengabaikan segala hal yang tidak ada kaitannya dengan shalat.

2. At-Tafahhum, memahami bacaan dan gerakan shalat.

3. At-Ta’dziem, merasakan kebesaran Allah; merasa diri terlalu kerdil di hadapan Allah Swt.

4. Al-Haibah, merasa takjub terhadap keagungan Allah dan takut siksa-Nya.

5. Ar-Raja’, berharap shalat diterima dan diberi pahala oleh Allah.

6. Al-Haya’, merasa malu kepada Allah atas segala kekurangan dan kecacatan diri.

Kian jelas, khusyu’ adalah amalan hati yang juga berpengaruh pada perilaku lahiriah. Ia muncul dari kesadaran akan hadirnya Allah SWT dengan segala kasih sayang dan siksa-Nya, sadar akan kerendahan diri di hadapan-Nya, dan pemahaman atas bacaan dan gerakan shalat. Wallahu a’lam. (Abu Faiz, dari berbagai sumber).*

Read more ...
 
Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Recent Comments

Recent Posts

free counters

About Me

Foto saya
Tegal, Jawa Tengah, Indonesia
Dunia Muslim | Copyright by A. Khaerudin © 2010 Download Gratis. Distribution by Dhe Template. Supported by Cash Money Today and Forex Broker Info